“Dokter di sini ibarat pelita yang menerangi dunia gelap pasien kanker, terimakasih atas kesabaran dan perhatiannya selama ini..”
2017, Benny kembali untuk yang ke-19 kalinya
Benny yang tahun ini berusia 72 tahun berasal dari Jakarta, Indonesia. Pada Desember 2010, ia terdiagnosa menderita Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) pada paru kanan dengan diferensiasi sel yang buruk dan sudah memasuki stadium 2B. pada Maret 2017, untuk ke-19 kalinya ia kembali ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan ulang. Kami hampir tidak pernah menemukan seorang pasien kanker paru dengan riwayat diabetes, hipertensi, fatty liver dan hepatitis dapat bertahan hingga 7 tahun. Dengan senang, Benny mengatakan, setiap 6 bulan ia akan kembali untuk melakukan pemeriksaan ulang, belakangan kondisinya sudah dapat terkontrol dengan sangat baik, selama 7 tahun ini ia tidak mengalami kekambuhan apapun.
Pingsan Tiba-Tiba, Saya Terdiagnosa Kanker Paru Stadium 2B
Sebelum Desember 2010, saya tidak mengetahui kalau saya terkena kanker paru, karena saya tidak mengalami gejala apapun. Hingga pada suatu hari, tiba-tiba saya tidak sadarkan diri di rumah, dan setelah itu saya mengalami gejala batuk berdarah dan mual muntah. Anak teman saya menyarankan untuk melakukan pemeriksaan ke Singapura, dan melalui pemeriksaan biopsy dan CT scan, dokter pun mendiagnosa saya terkena Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) pada paru kanan dengan diferensiasi sel yang buruk dan sudah memasuki stadium 2B, ukuran tumor saya saat itu sekitar 3.6cm.
Saya yang saat itu memiliki riwayat diabetes tipe 2, hipertensi, hepatitis B dan fatty liver, ditambah dengan usia saya yang sudah lanjut, dokter di Jakarta tidak berani melakukan tindakan apapun.
Sebelum pengobatan / Setelah pengobatan
Menolak Operasi Dan Kemoradioterapi, Saya Memilih Berobat Ke Luar Negeri
Setelah mengetahui saya terkena kanker, banyak keluarga dan kerabat yang membantu mencarikan informasi seputar pengobatan kanker. Namun, kebanyakan hasil pengobatan yang mereka sarankan membuat saya putus asa : banyak orang yang merasakan efek samping dari kemoradioterapi, seperti kulit menghitam, kurus kering, dan pada akhirnya meninggal. Hal-hal ini membuat saya menyerah pada pengobatan di Indonesia dan Singapura, karena yang saya tahu, di kedua negara ini hanya bisa menggunakan operasi dan kemoradioterapi.
Dalam suatu kesempatan, saya mengetahui St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou dari seorang tetangga, saya pun mendatangi kantor perwakilannya yang ada di Jakarta. Ketika saya tahu bahwa rumah sakit ini bisa menangani pasien yang kondisinya lebih parah dari saya, saya dan keluarga pun memutuskan untuk berobat ke sana.
2011, Benny berfoto bersama perawat
Pengobatan Minimal Invasif, Menghilangkan Tumor Paru Sebesar 4.3cm
Awal tahun 2011, dengan ditemani keluarga, saya pun berangkat ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Yang membedakan rumah sakit ini dengan di Indonesia dan Singapura adalah, pemeriksaan dan pengobatan di sini diatur sedemikian rupa, tidak ditunda. Sehari setelah tiba, saya pun langsung menjalani pemeriksaan. Hasil pemeriksaan saat itu membuat saya sedih, kondisi saya memburuk, tumor saya sudah membesar hingga 4.3cm, ditambah riwayat komplikasi penyakit yang saya miliki, berat badan saya menurun drastic dari 89kg menjadi 79kg. Tim dokter St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou pun langsung memberikan rancangan pengobatan individual untuk saya.
Dengan mempertimbangkan faktor usia dan fisik saya yang lemah, tim dokter pun menerapkan metode Terapi Natural dan Metode Gabungan Pengobatan Timur dan Barat untuk saya. Seperti yang dokter katakan, metode-metode ini dapat meningkatkan sistem kekebalan dan kualitas tubuh saya, baik untuk meningkatkan harapan hidup dan efektifitas pengobatan nantinya.
Setelah itu, saya menjalani metode Intervensi, Cryosurgery dan Penanaman Biji Partikel. Jika dibandingkan dengan metode kemoradioterapi, metode minimal invasif memiliki efek samping yang jauh lebih minim, tubuh saya pun semakin membaik setiap harinya. Pada April 2011, untuk ke-4 kalinya saya kembali ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, hasil CT saat itu menunjukkan kalau tumor paru yang berukuran 4.3cm telah menghilang, tubuh saya pun sudah mulai kembali pulih. Yang lebih mengejutkan lagi, rambut yang tadinya saya cukur habis sebelum pengobatan, saat itu sudah tumbuh kembali, kondisi psikologis saya sudah jauh lebih baik, banyak yang tidak menyangka kalau saya adalah seorang pasien kanker.
Pelayanan di rumah sakit membuat Benny merasa nyaman
Pada Mei 2017, untuk ke-19 kalinya saya kembali ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, pelayanan di sini memberikan kesan yang sangat dalam kepada saya. Terkadang, tanpa dipanggil pun para perawat akan datang untuk memberikan bantuan. Untuk mengungkapkan rasa terimakasihnya, saya pun memberikan surat ucapan terimakasih untuk para dokter di sini :
“Terima kasih atas kesabaran dan perhatian Anda, Anda adalah pelita yang menerangi dunia yang gelap ini.”
Saya bisa merasakan, setiap dokter di sini adalah pelita, mereka menerangi dunia gelap para pasien kanker. Saya juga berharap, semoga setiap pasien kanker bisa beruntung seperti saya, menemukan “pelita” , menemukan pengobatan yang tepat, dan dapat pulih secepatnya!