Emily Woodman
Emily berasal dari Australia, ia adalah seorang pasien kanker serviks stadium 4B dengan penyebaran ke paru-paru. Pertama kali ia terdiagnosa pada tahun 2014. Bulan Februari tahun 2012, ia melahirkan seorang anak perempuan yang sangat lucu, setelah enam bulan ia mulai mengalami pendarahan, namun saat itu ia mengira itu adalah kondisi normal pasca melahirkan, tetapi seiring berjalannya waktu, gejala ini semakin memburuk. Pada tahun 2014, setelah melakukan pemeriksaan di rumah sakit, ia pun terdiagnosa kanker serviks stadium 1, saat itu benjolannya sangat kecil, dokter setempat mengatakan kalau ukuran tumornya masih sangat kecil, ia bisa sembuh dengan dioperasi. Bulan Desember 2014, ia mengikuti saran dokter dan melakukan operasi. Operasi tidak hanya reseksi tumor, demi mempertimbangkan kesehatan di masa depan, ia juga setuju untuk menjalani pengangkatan rahim dan kedua sisi saluran ovarium.
Diagnosa Salah Dari Dokter Menyebabkan Konsekuensi Fatal
Setelah operasi, Emily mengira ia sudah bisa hidup sehat untuk seterusnya, tetapi ia tidak menyangka kalau dokter salah mendiagnosa penyakitnya. Pada September 2016, ia mulai mengalami batuk, bahkan semakin hari semakin parah. Setelah melakukan CT-scan, diketahui bahwa penyakitnya sudah memasuki stadium 4B, bahkan di paru-parunya sudah terdapat tiga benjolan tumor. Tumor terbesar ada di paru-paru kiri bawah, berukuran 7*5cm, dua lainnya berukuran lebih kecil, kira-kira 3cm. Saat itu Emily sangat marah, karena pada tahun 2014 ketika melakukan operasi, dokter telah mendapati di bagian paru-paru terdapat benjolan kecil, tetapi dokter mengatakan bahwa benjolan itu kemungkinan adalah bawaan dari lahir, tidak ada hubungannya dengan kanker.
Dokter menyarankannya untuk menjalani kemoterapi, namun dokter juga mengatakan kalau kemoterapi tidak dapat menyembuhkannya, melainkan hanya membantunya memperpanjang hidup selama 6 bulan. Waktu hidupnya hanya tersisa 12 bulan lagi, Emily sangat depresi, ia tahu bahwa kemoterapi akan membuatnya lemah, akhirnya ia pun menolak saran dari dokter, dan bersama dengan sang suami ia mencari alternatif pengobatan lain yang lebih efektif.
Sebelum Pengobatan
St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou Membawa Harapan
Menolak kemoterapi, Emily menemukan metode pengobatan alami di dokter setempat dan melakukan pengobatan. Setelah dirasa pengobatannya tidak membuahkan hasil yang efektif, dokter menyarankannya berobat ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Saat itu Emily pernah berbincang sangat lama dengan seorang pasien dari St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou melalui Facebook, setelah berbincang dengan detail mengenai informasi rumah sakit, barulah ia pergi ke Guangzhou.
Saat masuk ke rumah sakit. Emily sangat lemah, tidak bisa berhenti batuk, hampir tidak bisa berjalan, tidak bisa berbaring, dan bagian paru-parunya dipenuhi air sehingga ia sulit bernafas, ia merasa seperti orang yang tenggelam di air. Setelah melakukan pemeriksaan yang detail, dokter membantunya mengeluarkan cairan sebanyak 3L yang ada di paru-parunya, setelah itu ia menjalani Intervensi yang langsung tertuju pada pusat tumor di paru-paru. Dengan perlahan tumornya mulai mati, kondisi tubuhnya juga membaik. Bukan hanya tidak batuk lagi, bahkan fisiknya juga semakin pulih, ia bebas bergerak, berjalan terus menerus tanpa merasa lelah. Emily juga menjalani Cryosurgery, ia mengatakan bahwa metode Cryosurgery sangat ajaib, setelah 4 hari menjalani masa pengobatan, tumor yang sudah mati tersebut keluar melalui batuk. Sampai saat ini, ia sudah menjalani 3 kali metode Intervensi dan 2 kali metode Cryosurgery, hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan bahwa tiga benjolan tumor yang ada di paru-parunya sudah sangat kecil, salah satu yang terbesarnya sudah mengecil sebanyak 4cm.
Setelah Pengobatan
Pertama kali tiba di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, dokter menemukan sebuah tumor kecil yang dokter Australia tidak sadari di bagian panggulnya, saat ini dokter juga sedang melakukan pengobatan untuk tumor tersebut.
Emily mengatakan bahwa ia sangat senang, antusias dan puas dengan pengobatan di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou selama satu bulan ini, pengobatan minimal invasif sangat ajaib! Ia juga memberikan semangat kepada pasien lain, meskipun lelah, kondisi tubuh semakin lemah, tetapi kita harus menemukan metode pengobatan yang cocok untuk diri sendiri. Kesehatan kita ada di tangan kita sendiri.
Selama masa pengobatan Emily ditemani oleh sang suami. Saat ini anak perempuan mereka sudah berumur 4 tahun, ia juga tidak berhenti memberikan semangat dan dukungan kepada ibunya. Kondisi Emily sudah jauh lebih baik, semoga ia bisa pulih secepatnya.