MOEI ENG berfoto bersama kepala tim dokter Lai Peisheng
Nama: MOEI ENG
Usia: 55
Kewarganegaraan : Indonesia
Penyakit: Kanker payudara stadium 3
“Setelah saya mengetahui diri saya terkena kanker payudara, saya tidak takut dan tegang, karena saya yang menganut agama Budha beranggapan, bahwa asalkan saya terus berusaha mengobati, terus berusaha melawan kanker, ini sudah cukup, mengenai hasilnya bagaimana saya tidak banyak menuntut, semuanya saya serahkan pada nasib.”— MOEI ENG.
“Waktu itu ukuran benjolan di payudara kiri saya sudah sebesar telur ayam, karena tidak ada rasa sakit, saya tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan. Setahun kemudian, benjolan tumbuh menjadi sebesar buah apel dan sangat gatal. Saat saya menggaruknya sampai luka, dari dalam keluar darah, dan akhirnya mulai bernanah.” Ketika menceritakan hal ini, MOEI ENG merasa sangat menyesal, jika saja setahun lalu ia langsung melakukan pemeriksaan dan pengobatan, seharusnya itu baru merupakan kanker payudara stadium awal.
“5 bulan kemudian, payudara kiri saya sudah seluruhnya bernanah dan berbau. Dengan didampingi keluarga, kami pergi ke Malaysia untuk melakukan pemeriksaan. Dokter mengatakan, ini adalah kanker payudara stadium 3 dan sudah terjadi penyebaran ke kelenjar getah bening. Dokter menyarankan saya untuk melakukan operasi pengangkatan dan kemoterapi. Saya sebelumnya tidak pernah melakukan operasi pengangkatan, hal ini membuat saya sangat ketakutan. Saya juga tidak rela kehilangan salah satu payudara saya.” Dengan menahan sakitnya, MOEI ENG menolak metode pengobatan ini.
Di sebuah kesempatan, adik temannya mengetahui kantor perwakilan Modern Cancer Hospital Guangzhou di Jakarta, dan menyarankannya untuk datang konsultasi. Saat mendengar di sini tidak perlu melakukan operasi pengangkatan dan kemoterapi, ia memutuskan untuk mencobanya, namun dalam hatinya ia tidak tahu apakah pengobatan di China ini efektif atau tidak.
Bagian bernana sebelum pengobatan
Bagian bernanah setelah pengobatan
“15 Desember 2013, saya sampai di Modern Cancer Hospital Guangzhou. Hari pertama, dokter melakukan pemeriksaan seluruh badan pada saya. Hari kedua mereka mulai mendiskusikan rencana pengobatan saya, dan menjelaskannya pada saya. 17 Desember, saya menjalani metode intervensi. 7 hari kemudian, dilakukan Cryosurgery. Pada 7 Januari 2014, dilakukan intervensi kembali. Luka yang diakibatkan dari beberapa metode ini sangat kecil, pemulihan cepat, 2 hari setelah pengobatan saya dapat beraktifitas kembali dengan normal, selain itu kualitas tidur dan nafsu makan saya sangat normal. 4 minggu kemudian, tumor di tubuh saya pun mengecil hingga 80%! Ini sungguh ajaib! Sayangnya beberapa metode ini masih tidak ada di Indonesia dan Malaysia.” Mengingat saat pertama kali datang ke rumah sakit, MOEI ENG tidak dapat menahan kekagumannya.
“Pada 23 Februari 2014, kedua kalinya saya kembali melakukan pengobatan, saat itu bagian yang bernanah pada benjolan saya sudah jauh mengecil, dan tidak lagi mengeluarkan nanah serta tidak berbau. 13 April, ketiga kalinya saya kembali ke rumah sakit, berat badan saya telah bertambah menjadi 53 kg, naik 4 kg dari sebelumnya.” MOEI ENG mengatakan, ia akan melanjutkan pengobatan ini, dan berharap tumor yang tersisa dapat terus mengecil.
MOEI ENG juga sering menghibur pasien lain. Ia mengatakan : “Di sini banyak pasien dari Indonesia, saya terkadang berkunjung dan mengobrol. Kami saling memperhatikan kondisi pengobatan kami satu sama lain. Mereka seperti teman seperjuangan saya, saat mereka kehilangan kepercayaan diri dan kesabaran, saya akan menceritakan pada mereka hasil dari pengobatan saya, menyemangati mereka untuk terus melawan kanker payudara. Memiliki harapan adalah motivasi terbesar kami untuk terus bertahan!”