Wanita Indonesia berusia 57 tahun yang berbicara dengan penuh semangat di hadapan kita ini bernama Ina, dia seorang pasien limfoma. Tumor sebesar telapak tangan menekan saraf di lehernya, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Sebelum menjalani perawatan di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, dia merasa sangat tertekan. Namun, berkat perawatan yang cermat dan pendampingan yang penuh perhatian dari para tenaga medis, dia semakin ceria dan sering menyapa serta bercanda dengan orang-orang di sekitarnya. Setelah menjalani pengobatan sistemik, Ina kini telah kembali bekerja dan menjalani kehidupan normal seperti sebelumnya.
(Ina dan dokter)
Benjolan sekecil “biji kacang tanah” tiba-tiba berubah menjadi sebesar “apel”
Berbicara tentang limfoma, Ina mengakui bahwa pada awalnya dia tidak merasakan apa-apa, hanya ada benjolan seukuran biji kacang tanah di lehernya tanpa rasa sakit, dan berat badannya tidak berubah, sehingga pada saat itu dia tidak melakukan penanganan apa pun. Hingga November 2022, Ina menyadari bahwa benjolan tersebut perlahan membesar dan mulai terasa sakit. Pada Maret 2023, dia terpaksa pergi ke rumah sakit setempat untuk melakukan biopsi dan pemeriksaan lainnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dia menderita limfoma sel B besar difus, dengan tumor yang telah membesar hingga seukuran apel, menekan saraf leher di sisi kiri dan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
Didiagnosis Limfoma, tetapi menolak kemoterapi
Pada saat itu, dokter di Jakarta menyarankan Ina untuk menjalani kemoterapi, tetapi Ina menolak. Dari teman-temannya, dia mendengar bahwa proses kemoterapi konvensional sangat menyakitkan dan memakan waktu yang lama, dengan berbagai efek samping seperti mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Ina sendiri ingin mencari metode pengobatan lain yang bisa mengendalikan tumor sekaligus mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh obat-obatan terhadap tubuh.
Kemudian, Ina mengetahui tentang St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou dari rekomendasi kerabatnya. Dia menghubungi Pusat Layanan Internasional di Jakarta dan melakukan konsultasi jarak jauh dengan ahli onkologi. Setelah berkonsultasi secara mendalam, Ina tertarik dengan metode Intervensi Minimal Invasif! Dosis penggunaan obat berkurang secara signifikan, efektivitasnya 2-92 kali lebih tinggi, dan tidak menimbulkan efek samping kemoterapi. Dia pun memutuskan untuk melakukan pengobatan di rumah sakit kami.
Bepergian ke RS kanker internasional terkemuka untuk mencoba metode pengobatan baru
Pada April 2023, Ina tiba di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Setelah menyelesaikan pemeriksaan, diketahui bahwa dia menderita limfoma stadium IIA dengan massa yang besar (10x15cm), yang telah menyerang glotis dan epiglotis! Rancangan pengobatan yang terakhir dirumuskan untuknya adalah Intervensi dan Terapi Natural.
Karena belum pernah menjalani metode Intervensi sebelumnya, Ina mengaku bahwa dia merasa sedikit takut saat pertama kali menjalani prosedur tersebut. Namun, setelah masuk ke ruang Intervensi untuk menjalani pengobatan, dia mendapati bahwa seluruh prosesnya aman dan nyaman. Dia tetap sadar sepenuhnya selama kurang dari satu jam proses pengobatan berlangsung. “Empat hari setelah Intervensi pertama, tumor saya sudah menyusut sebesar 50%, dan selama proses pengobatan tidak ada efek samping sama sekali!” Hasil ini membuat Ina sangat puas.
Setelah beberapa kali sesi pengobatan, tekanan pada arteri karotis interna kiri yang bergeser ke dalam telah berkurang dibanding sebelumnya; bayangan flek kecil di lobus tengah paru kanan yang sebelumnya ada, kini telah “hilang”. Dibandingkan dengan hasil CT sebelum menjalani pengobatan di bulan April (ukuran limfoma di leher 10x15cm), tumor telah menyusut 87%, dan benjolan di leher hampir tidak terlihat lagi dengan mata telanjang.
(Perbandingan hasil CT scan tumor leher Ina setelah pengobatan Intervensi pertama)
(Perbandingan tumor leher Ina setelah Intervensi pertamanya)
Pelayanan penuh perhatian menghangatkan hati, pengobatan di negeri asing menenangkan pikiran
Ina adalah seorang Muslim yang taat. Dia mengatakan bahwa sebelum datang ke rumah sakit kami, dia khawatir akan kendala bahasa, perbedaan makanan, dan perbedaan budaya. Untungnya, rumah sakit menyediakan layanan antar-jemput bandara, serta layanan penerjemah. Lingkungan rumah sakit sangat indah, dengan akses transportasi yang mudah. Dalam hal makanan, ada kantin di rumah sakit, juga ada pasar serta restoran halal di sekitar RS, yang dapat memenuhi kebutuhannya, sehingga dia bisa tenang menjalani perawatan di rumah sakit.
(Ina dan penerjemah bahasa Indonesia di RS)
Mengenai alasan memilih St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, Ina menjelaskan, “Berbeda dengan rumah sakit di Jakarta, Malaysia, dan Singapura yang masih menggunakan kemoterapi konvensional, St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou menawarkan pengobatan minimal invasif. Staf medis dan penerjemah di sini juga sangat perhatian. Ketika saya memiliki masalah, mereka membantu saya menyelesaikannya dengan cepat dan sabar.”
Pada April 2024, staf dari Pusat Layanan Internasional di Jakarta kembali mengunjungi Ina. Dia mengatakan bahwa tidak hanya tumornya “menghilang”, namun ia juga telah kembali bekerja dan beraktivitas dengan normal. Untuk teman-teman lain yang sedang berjuang melawan kanker, Ina ingin mengatakan, “Tetap semangat, tenang, kooperatif dengan dokter dalam menjalani pengobatan, dan percayalah bahwa Allah akan melindungimu.”