Sebagai sebuah rumah sakit kanker internasional, kami menemui banyak sekali pasien limfoma asal Indonesia, karena takut dengan efek samping operasi dan kemoradioterapi, setelah terdiagnosis memilih mengonsumsi herbal, mencari TCM lokal, menolak pengobatan dan metode negatif lainnya, akhirnya bukan hanya kondisinya tidak membaik, malah menunda waktu pengobatan terbaik.
Bagi pasien limfoma dan keluarga mereka, selain pengobatan konvensional di Indonesia, apa saja pilihan pengobatan saat ini? Adakah kasus yang berhasil dari metode pengobatan terbaru internasional ini? Tiga orang penyintas limfoma asal Indonesia akan membagikan pengalamannya dalam melawan kanker.
Menolak Kemoterapi, Mengonsumsi Herbal Malah Memperburuk Kondisi
Dedi Irwan Sugianto – Limfoma Stadium IV – Bertahan 8 Tahun
Bulan Maret 2012, Dedi Irwan Sugianto didiagnosis limfoma hodgkin di rumah sakit Indonesia. Karena takut dengan efek samping kemoterapi, ia menolak menjalani kemoterapi di rumah sakit lokal dan memilih pengobatan herbal. Namun, ternyata obat herbal tidak dapat meringankan kondisi pasien limfoma secara efektif, benjolan yang ada di leher Dedi Irwan Sugianto semakin membesar hingga ia sulit menggerakkan lehernya. Untungnya, dalam suatu kesempatan, Dedi Irwan Sugianto mendapatkan informasi mengenai St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, “Di sana ada metode pengobatan Minimal Invasif canggih, saya mempunyai lebih banyak pilihan pengobatan, bahkan tidak perlu mengalami penderitaan akibat kemoterapi, karena itu, saya langsung datang ke rumah sakit ini,” tutur Dedi Irwan Sugianto. Saat baru masuk rumah sakit, benjolan di bagian kiri dan depan leher Dedi Irwan Sugianto berukuran sekitar 25*15cm, didiagnosis limfoma hodgkin stadium IV. Tim medis MDT rumah sakit menentukan rancangan pengobatan komprehensif yang berfokus pada Intervensi. “Dibandingkan kemoterapi konvensional di Indonesia, Intervensi merupakan pengobatan yang langsung ditujukan ke tumor, tidak merusak sel normal, konsentrasi obat 2-8 kali lebih tinggi dibandingkan kemoterapi, selama pengobatan saya tidak merasakan efek samping apa pun!” Dedi Irwan Sugianto menjelaskan. Selesai pengobatan pertama, benjolan yang ada di leher Dedi Irwan Sugianto menghilang sepenuhnya, layaknya orang normal. Sampai saat ini 8 tahun telah berlalu, Dedi Irwan Sugianto tidak mengalami tanda-tanda kekambuhan apa pun, kondisinya sangat sehat. [Baca selengkapnya]
Pengobatan TCM Tunggal Tidak Dapat Meringankan Kondisi Pasien Limfoma
Elly – Limfoma Stadium III – Bertahan 12 Tahun
Bulan Maret 2008, Elly menjalani operasi benjolan sebesar kacang merah untuk pemeriksaan biopsi di rumah sakit kanker Malaysia. Tanpa disangka, tumor yang tadinya sebesar kacang merah membesar dengan sangat hingga berukuran belasan cm, kondisinya terus memburuk, sampai akhirnya ia didiagnosis limfoma stadium III. Elly mulai mencari TCM di Indonesia, namun hasilnya tidak signifikan, kondisi fisiknya berangsur melemah, bahkan ia menjadi sulit berjalan, berat badannya turun 7kg, saat yang paling parah bahkan ia harus bergantung pada infus untuk bertahan hidup. Di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, Elly menjalani pengobatan Intervensi + kemoterapi kombinasi. “Sebelum menjalani Intervensi, dokter menghibur saya supaya rileks dan menjelaskan proses bedah. Untuk menenangkan suasana hati saya, dokter memutarkan musik untuk saya selama proses pengobatan. Saya bisa merasakan proses bedah karena bius lokal, menjalani pengobatan sambil mendengarkan musik ringan membuat saya jauh lebih tenang. Setelah selesai pengobatan, dokter dengan sabar menjelaskan larangan pascaoperasi kepada saya, sepenuhnya berbeda dari kondisi pengobatan yang menakutkan sebelumnya,” Elly menjelaskan proses Intervensi yang ia jalani. Setelah menjalani kemoterapi kombinasi yang pertama, Elly merasakan tumornya mengecil secara signifikan, hingga akhirnya Elly keluar rumah sakit pada tanggal 15 Juni 2008, tumornya secara bertahap mengecil seiring pengobatan yang ia jalani, sampai akhirnya hilang. Sampai saat ini, Elly sudah bertahan 12 tahun, kondisi fisiknya sudah normal kembali seperti sebelum ia sakit. [Baca selengkapnya]
Menolak Operasi, Minimal Invasif Membantu Pasien Limfoma Usia Lanjut Memperoleh Kehidupan Baru
David Suprapto – Limfoma Stadium III – Bertahan 9 Tahun
David Suprapto adalah seorang pasien limfoma stadium III berusia 62 tahun asal Indonesia. Tahun 2011, ia mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher dan selangkangan. Ia didiagnosis limfoma di rumah sakit Malaysia. Karena usianya yang sudah lanjut, ia tidak cocok menjalani operasi. Bulan Agustus 2014, ia datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, setelah menjalani Intervensi, kondisinya membaik, hasil CT scan menunjukkan sel kankernya sudah menghilang sepenuhnya. Dokter yang menangani David Suprapto mengatakan, “Metode Minimal Invasif sangat cocok untuk pasien limfoma usia lanjut seperti David Suprapto, karena pasien usia lanjut sering mengalami degenerasi organ penting, penurunan toleransi sistemik dan lain sebagainya, pengobatan konvensional dengan luka besar dan risiko tinggi tidak cocok untuk mereka. Dalam kondisi tersebut, metode Minimal Invasif menjadi pengobatan pilihan bagi pasien dan keluarga mereka.” [Baca selengkapnya]
Ingin mendapatkan informasi pengobatan limfoma?
Silakan hubungi kami di nomor 0812 97897859 atau klik konsultasi online! Kami mempunyai kantor perwakilan di Jakarta, Surabaya dan Medan, silakan mengisi form di bawah ini, kami akan segera menghubungi Anda.
Form Appointment