Mengidap kanker tidak boleh menyerah, memilih pengobatan yang cocok dengan diri sendiri adalah terpenting.
Sugianto berasal dari Surabaya, ia memiliki keluarga yang bahagia, seorang istri yang mencintainya dan 3 anak yang lucu. Pada awal tahun 2012, lehernya mulai membengkak. Hal ini membuat keluarganya yang bahagia berada di ambang ketakutan dan kegelisahan.
Sugianto mengatakan bahwa pada bulan Maret 2012, di leher depannya tumbuh benjolan kecil sebesar buah kurma, tetapi tidak sakit. Setiap siang, tubuhnya demam, tetapi kemudian membaik dengan sendirinya. Karena tidak terlalu berpengaruh terhadap kehidupannya, ia pun mengabaikan gejala yang muncul. Hingga tumornya menjadi semakin membesar, pada Juli 2012, ia melakukan pemeriksaan di rumah sakit setempat dan terdiagnosa kanker kelenjar getah bening Hodgkin. Dokter setempat menyarankannya untuk menjalani kemoterapi, tetapi karena kemoterapi bisa menimbulkan efek samping yang besar, ia pun menolaknya. Kemudian ia pun hanya meminum obat-obatan herbal. Tetapi hasilnya tidak efektif, tumor di lehernya malah membesar dengan cepat hingga sulit digerakkan. Saat itu, ia dan keluarganya pun mencari pengobatan yang lebih baik lagi, setelah mencari tahu kemana-mana, mereka akhirnya mereka mengetahui tentang teknologi modern minimal invasif yang ada di Modern Cancer Hospital Guangzhou. Dibandingkan dengan kemoterapi dan radiasi konvensional, teknologi minimal invasif memiliki keunggulan seperti minim luka, minim efek samping dan pemulihan cepat. Setelah berdiskusi, akhirnya Sugianto pun memutuskan untuk menjalani pengobatan ke Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Pada Juni 2013, Sugianto pertama kali datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou. Saat itu tumor di lehernya sangat besar, lebih besar daripada ukuran kepala, dan kepalanya sudah susah digerakkan. Setelah menjalani pemeriksaan, tumor di leher kirinya berukuran 25*15cm, terdiagnosa sebagai kanker kelenjar getah bening hodgkin stadium 4. Tim medis MDT menetapkan metode Intervensi sebagai metode pengobatan utama setelah memahami kondisinya. Metode Intervensi hanya membutuhkan luka bedah sebesar 1-2 mm saja, tanpa meninggalkan bekas sayatan yang besar. Di bawah panduan alat CT akan dilakukan injeksi, selang kateter yang halus akan langsung ditancapkan pada massa tumor. Obat kemoterapi dimasukkan langsung ke massa tumor melalui selang kateter, bertujuan untuk menghambat saluran pembuluh darah penyuplai nutrisi tumor, membuat tumor kehilangan asupan darah dan “mati kelaparan”.
Sebelum menjalani pengobatan, Sugianto merasa sedikit gelisah, khawatir pengobatan yang dijalaninya tidak efektif. Namun setelah dokter menjelaskan secara rinci, ia pun menjadi tenang. Setelah menjalani perawatan yang komprehensif, mulai dari Intervensi hingga kemoterapi, leher bengkaknya pun mengecil secara bertahap, dan sampai akhirnya tumor tersebut menghilang, lehernya pun kembali normal sama seperti orang-orang pada umumnya. Saat itu, ia merasa beban di hatinya runtuh, ia mulai bisa tersenyum kembali, bersikap positif dan optimis dengan pengobatan selanjutnya. Sugianto mengatakan bahwa selama masa pengobatan, ia hampir tidak mengalami efek samping, pola tidur dan nafsu makannya tetap baik. Sekarang, sudah 3 tahun sejak terdiagnosa, kondisinya stabil, ia pun telah kembali bekerja, namun sesekali ia menarik diri dari dunia pekerjaan untuk bersantai sejenak. Terakhir, pesan Sugianto bagi kita semua : Jika Anda terkena kanker, Anda tidak harus menyerah, memilih pengobatan yang tepat sangatlah penting.