Bustanul Arifin, berasal dari Indonesia.
Bustanul Arifin
Pada Februari 2013, setelah Bustanul Arifin salah didiagnosis sebagai wasir oleh RS di Indonesia dan menjalani pengobatan selama 7 bulan, ia kembali melakukan pemeriksaan kolonoskopi dan terdiagnosis kanker usus. Ia menolak saran operasi dari rumah sakit setempat dan memilih pengobatan di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Setelah menjalani Intervensi, Imunoterapi, operasi radikal kanker usus dan pengobatan komprehensif lainnya, sel kanker menghilang secara menyeluruh, kondisinya terkontrol secara efektif, hingga tahun 2019, ia telah berhasil bertahan selama 6 tahun dan kondisinya saat ini sangat sehat!
Terdiagnosis Kanker Usus setelah Menjalani Pengobatan untuk Wasir selama 7 Bulan
Pada Februari 2013, karena mengalami nyeri perut, sembelit, buang air besar berdarah dan gejala lainnya, Bustanul Arifin pergi ke rumah sakit setempat untuk melakukan pemeriksaan. Dokter memberikan diagnosis sebagai wasir, serta memberikan banyak obat wasir untuk dibawa pulang. Namun setelah menjalani pengobatan selama 7 bulan, gejala tidak nyaman yang dirasakannya tidak juga membaik. Pada bulan September tahun yang sama, ia kembali ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kolonoskopi dan akhirnya didiagnosis kanker usus.
Bustanul Arifin dan istri
Bebas dari Kantong Stoma Berkat Pengobatan Komprehensif Minimal Invasif
Menghadapi kondisi Bustanul Arifin, rumah sakit setempat memberikan saran untuk melakukan operasi, namun karena letak tumor berdekatan dengan anus, jika menjalani operasi, maka ia harus membuat kantong stoma. Bustanul Arifin jelas mengetahui bahwa dengan menjalani operasi kolostomi, berarti ia harus membawa kantong kotoran seumur hidupnya, dan akan berdampak serius pada pekerjaan dan kehidupan sehari-hari di masa mendatang! Oleh karena itu, ia langsung menolak saran dari dokter. Kemudian ia dan istri berusaha mencari metode pengobatan kanker usus tanpa operasi. Untungnya, salah satu kerabatnya adalah seorang dokter, pernah mengikuti beberapa seminar mengenai kanker dan mengetahui ada teknologi pengobatan kanker usus tanpa operasi di Guangzhou, China. Atas saran temannya, Bustanul Arifin memilih mencari pengobatan di Guangzhou, China.
Surat ucapan terima kasih yang ditulis Bustanul Arifin sebelum keluar rumah sakit
Di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, Bustanul Arifin menjalani 3 kali Intervensi, Imunoterapi dan operasi radikal kanker usus. Bustanul Arifin mengatakan, “Saya memilih operasi di sini karena setelah operasi tidak perlu membuat kantong stoma, selain itu setelah Intervensi pertama, buang air besar saya sudah lancar, dikombinasikan dengan Imunoterapi, dapat mematikan sel tumor secara tuntas sekaligus meningkatkan kekebalan tubuh saya, mencegah tumor kambuh dan menyebar.” Setelah menjalani pengobatan komprehensif Minimal Invasif, kondisi Bustanul Arifin pulih dengan baik, dokter memberitahu bahwa ia hanya perlu kontrol ke RS tepat waktu. Bustanul Arifin dan istri sangat puas dengan hasil pengobatan.
Kanker ≠ Kematian, Pilihan Pengobatan yang Tepat Sangatlah Penting
Saat pertama kali mengetahui dirinya mengidap kanker, Bustanul Arifin dan keluarganya sangat ketakutan, karena dokter di Indonesia akan menyarankan operasi + kemoterapi untuk pasien kanker, sedangkan efek samping dari pengobatan konvensional ini sangat jelas, sehingga pada masa baru mengidap kanker, Bustanul Arifin pernah merasa sangat putus asa.
Untungnya, teknologi pengobatan Minimal Invasif yang canggih dan pelayanan medis yang hangat di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou sepenuhnya mengubah pengetahuan Bustanul Arifin tentang kanker.
Bustanul Arifin (kedua dari kanan) dan dokter penanggung jawab
“Sebenarnya, dalam menghadapi kanker, jika di saat pertama Anda dapat memilih pengobatan yang tepat, hal itu tidak begitu menakutkan. Pengobatan minimal invasif pertama setelah masuk rumah sakit membuat aktivitas buang air besar saya lancar. Selama masa pengobatan singkat di RS, hasil pengobatan saya sangat signifikan. Sementara itu, pelayanan di sini juga sangat baik, saat saya baru selesai menjalani pengobatan, saya sulit bergerak, para perawat dengan sabar membantu saya buang air besar, buang air kecil, menyeka badan saya, membuat saya dan keluarga saya sangat tersentuh.” Sebelum keluar rumah sakit, Bustanul Arifin memuji pelayanan dan teknologi rumah sakit.