Menjalani kehidupan yang teratur tetapi terkena kanker serviks, dia memilih pengobatan Minimal Invasif
Pasien saya, Diana, 57 tahun, berasal dari Jakarta, Indonesia, adalah seorang wanita Muslim yang sangat kuat. Meskipun memiliki kebiasaan gaya hidup yang sangat baik, dia menjadi salah satu contoh dari mereka yang terkena kanker, yang menunjukkan bahwa kanker bisa menyerang siapa saja dan mengingatkan kita untuk lebih memperhatikan perubahan dalam tubuh kita.
Pada November 2021, Diana yang sedang mengalami masa menopause, mengalami perdarahan vagina yang tidak normal. Setelah menjalani pemeriksaan di RS setempat, dia didiagnosis dengan kanker serviks. Dokter setempat menyarankan kemoterapi, namun karena ada anggota keluarga yang sebelumnya mengidap kanker dan mengalami efek samping yang parah setelah menjalani kemoterapi konvensional, seperti tubuh lemah, rambut rontok, dan penurunan kualitas hidup yang ekstrem, Diana merasa takut dan menolak pengobatan tersebut.
Teman SMP-nya, Siti Rosidah Sundari, yang juga merupakan pasien saya, datang ke rumah sakit kami karena kekambuhan chondrosarcoma pascaoperasi yang disertai penyebaran ke beberapa bagian tubuh. Saat masuk rumah sakit, dia hanya bisa duduk di kursi roda. Setelah menjalani pengobatan Minimal Invasif komprehensif, Rosidah kini kembali sehat. Atas rekomendasi Rosidah, Diana memutuskan untuk datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou untuk mencari pengobatan yang lebih baik. Setelah melakukan konsultasi jarak jauh dengan ahli, Diana memahami keunggulan pengobatan minimal invasif yang ditawarkan rumah sakit kami, seperti minim luka, efek samping rendah, dan pemulihan yang cepat. Diana pun menjalani pengobatan di rumah sakit kami pada 2 Juni 2024.
Diagnosis dan pengobatan yang akurat, dengan sabar menyampaikan rancangan pengobatan yang detail kepada pasien
Ketika Diana pertama kali tiba di rumah sakit, saya yang menerima kedatangannya dan menjadi dokter yang bertanggung jawab atas pengobatannya. Saya masih ingat saat itu, kondisinya cukup lemah dan tubuhnya kurus. Saya segera menjadwalkan serangkaian pemeriksaan untuknya, dan dua hari setelah masuk rumah sakit, hasil pemeriksaan keluar: Penanda tumor CA19-9 meningkat menjadi 49,58 *U/ml, dan hasil PET-CT menunjukkan adanya tumor di area serviks dengan ukuran 1,5x1,2x2,9cm. Berdasarkan riwayat medis dan hasil pemeriksaan, Diana didiagnosis dengan adenokarsinoma serviks berdiferensiasi rendah stadium IB2. Mengingat stadium tumor, tingkat diferensiasi, dan kondisi umum pasien, tim MDT melakukan diskusi dan analisis yang mendalam, dan kami sepakat bahwa prosedur pengangkatan rahim minimal invasif yang digabungkan dengan terapi intervensi adalah pilihan pengobatan yang paling tepat. Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk mengangkat lesi tumor secara menyeluruh sekaligus mengontrol kondisi lebih lanjut dan mengurangi risiko kekambuhan melalui terapi intervensi.
Saat saya menjelaskan rencana pengobatan ini kepada Diana, dia sangat emosional dan menangis. Dia berkata, "Saat pertama kali didiagnosis kanker, saya sulit untuk menerimanya. Dulu saya selalu hidup dengan sehat, bagaimana bisa saya terkena penyakit ini?" Diana bahkan tidak bisa menahan diri untuk bertanya kepada dokter, "Apakah kanker ini berarti hidup saya akan segera berakhir?" Perasaan cemas dan panik pun sempat menguasainya, hingga berat badannya turun sebanyak 8kg. Baru hari ini dia bisa menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap kanker.
Saya berkata kepadanya, "Jangan khawatir, kami telah mengobati banyak pasien, bahkan yang kondisinya lebih parah dari Anda, dan mereka tetap bisa sembuh." Setelah mendengar itu, Diana tersenyum dan tampak sedikit lebih tenang. Meskipun dia memiliki kekhawatiran tentang operasi dan takut prosedur tersebut akan memengaruhi kualitas hidupnya, setelah mengetahui bahwa operasi minimal invasif dapat lebih efektif mengangkat tumor dan mencegah kekambuhan, dia akhirnya memutuskan untuk menjalani pengobatan. Diana menyatakan kesediaannya untuk memercayai tim MDT kami.
Pengobatan Minimal Invasif komprehensif membuat tumor "menghilang sepenuhnya" dan meningkatkan kualitas hidup
Pada 10 Juni 2024, kami berhasil melakukan "Histerektomi total dengan pengangkatan kedua ovarium melalui prosedur abdominal" dan "Pembersihan kelenjar getah bening pelvis" untuk Diana. Seluruh proses operasi berjalan lancar, dan setelah operasi, tanda-tanda vital pasien stabil. Saat saya melakukan visit keesokan harinya, dia mengatakan, "Saya tidak merasakan banyak rasa sakit, pusing, atau mual. Pemulihannya sangat baik." Pada saat itu, ada cahaya yang jernih di matanya, seolah-olah bintang-bintang sedang bersinar, yang sangat menginspirasi saya dan juga merupakan bentuk penghargaan serta pengakuan terhadap kerja keras kami sebagai tenaga medis.
Setelah operasi, pada 12 Juli 2024, Diana datang kembali untuk kontrol lanjutan di rumah sakit kami. Dia mengungkapkan bahwa tidak ada lagi gejala perdarahan vagina. Keesokan harinya, dia menjalani "Kemoterapi infus arteri tumor perkutan," di mana konsentrasi obatnya hingga 2-92 kali lebih tinggi dibandingkan kemoterapi konvensional, namun tidak merusak jaringan tubuh yang normal, sehingga sel-sel tumor yang tersisa di dalam tubuh seluruhnya mati. Selama proses pengobatan ini, Diana mengatakan bahwa dia tidak merasakan ketidaknyamanan apa pun, dan tanda-tanda vitalnya stabil.
Setelah beberapa siklus terapi intervensi, pada 18 Oktober 2024, hasil CT scan menunjukkan bahwa tumor telah "sepenuhnya hilang," dan penanda tumor hampir kembali ke tingkat normal. Berat badan Diana mulai naik, dan kualitas tidurnya serta nafsu makannya juga mengalami perbaikan yang signifikan.
CT sebelum pengobatan CT setelah pengobatan
Merawat kesehatan fisik dan mental pasien dengan sepenuh hati, menyelesaikan misi Modern Cancer Hospital Guangzhou
Saat Diana keluar dari rumah sakit, dia datang ke kantor saya bersama putrinya dan berkata, "Terima kasih kepada Tuhan karena saya diberi kesempatan untuk bertemu dengan kalian, terutama Anda, Dokter. Anda setiap hari melakukan visit, peduli dengan kondisi saya, terus mendorong saya untuk bangun dan bergerak, berjemur, serta menjaga sikap positif dan optimis, membuat saya merasa sangat hangat. Selama pengobatan, saya juga dapat menikmati hidangan lezat di restoran halal, seolah-olah saya berada di rumah sendiri.
Yang paling mengharukan bagi saya adalah cinta putrinya kepada sang ibu. Cinta itu tidak terlihat dalam kata-kata indah, tetapi dalam kebersamaan dengan perhatian tulus setiap saat. Setiap kali saya melakukan visit, saya selalu melihat putrinya dengan sabar menemani ibunya, terkadang membawa ibunya berjalan-jalan di taman rumah sakit, berbincang-bincang. Pemandangan yang penuh kehangatan seperti itu bagaikan sinar matahari yang menyinari setiap sudut kamar rawat.
Kami sangat senang dapat membantu Diana mengalahkan kanker, menjalankan tugas dan kewajiban kami sebagai tenaga medis. Kami mengucapkan selamat padanya dan berharap dia semakin baik. Di sini, saya juga mendoakan setiap pasien yang sedang menghadapi kanker, semoga mereka bisa seperti Diana, berani menghadapi, menerima pengobatan dengan positif, dan percaya bahwa mereka bisa kembali menjadi sehat.