Ng Swe Chin berasal dari Malaysia, tahun ini berusia 60 tahun, ia adalah seorang pasien kanker prostat stadium lanjut. Karena tuntutan pekerjaan, setiap harinya ia harus menjalani berbagai rapat. Awalnya, selama rapat, setiap 30 menit, ia harus ke toilet untuk buang air kecil. Hal ini berlangsung selama 1 bulan, dan frekuensinya semakin parah. Lama kelamaan, ia harus ke toilet setiap 5 menit. Selain itu, ia juga sering merasa buang air kecil tidak tuntas da nyeri, sehingga ia akhirnya memutuskan untuk menjalani pemeriksaan di rumah sakit.
Kanker prostat stadium lanjut, menolak operasi dan kemoterapi, terus mencari pengobatan
Pada 14 Juni 2018, Ng Swe Chin melakukan USG dan biopsi di sebuah rumah sakit swasta di Malaysia, hasil pemeriksaan menunjukkan ia terkena kanker prostat stadium lanjut, dengan penyebaran ke tulang. Melihat hasil pemeriksaannya, dokter mengatakan, “Karena faktor usia, kami tidak bisa melakukan pengobatan apa-apa!”Ini berarti, hidup Ng Swe Chin hanya tinggal hitungan waktu! Karena tidak menyerah, ia pun kembali memastikan kondisinya ke rumah sakit yang lain, di sana, dokter menyarankannya untuk menjalani operasi dan kemoterapi guna mengontrol penyakitnya. Namun ia menolak, “Saat ini, di Malaysia, tidak sedikit orang yang terkena kanker, semua dokter menyarankan untuk operasi dan kemoterapi. Tapi mengingat usia saya, saya merasa operasi bisa membuat tubuh saya lemah, dan saya rasa saya tidak bisa menanggung efek samping kemoterapi. Selain membunuh sel kanker, obat kemoterapi juga bisa membunuh sel normal di dalam tubuh saya, yang bisa membuat saya malah tidak mampu melawan kanker, jadi saya pun menolaknya,” ujar Ng Swe Chin.
Teknologi Minimal Invasif, Membawa Harapan Baru Pengobatan Kanker
Di tengah kebingungannya, sekretaris Ng Swe Chin menemukan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou dan mencari tahu tentang teknologi pengobatan kanker terbaru – Teknologi Minimal Invasif. Metode-metode ini memiliki keunggulan, antara lain minim luka, bertarget, minim efek samping dan sebagainya. Kemudian, General Manager kantor perwakilan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou – Alan, di Penang berkomunikasi dengan Ng Swe Chin, memberikan penjelasan tentang cara kerja teknologi minimal invasif, serta memberikan saran pengobatan Brachytherapy dan Imunoterapi yang sesuai dengan kondisinya.
“Melalui Alan, saya memahami perbedaan teknologi minimal invasif dengan operasi dan kemoterapi. Obat yang dimasukkan langsung tertuju ke pusat tumor, dapat membunuh tumor secara tepat, tidak merusak sel normal di sekitarnya, tidak merusak kualitas tubuh pasien, dan minim efek samping. Kemudian, seorang pasien kanker payudara di sini bercerita kepada saya tentang pengalamannya berobat di sini, ia pun menyuruh saya untuk berobat di sini. Setelah mendengar ceritanya, saya benar-benar percaya diri, jadi meskipun keluarga dan teman-teman saya menyuruh saya berobat ke Amerika dan Singapura, saya tetap ingin berobat ke sini,” kisahnya.
Brachytherapy + Terapi Natural, Membuat Angka PSA Turun Menjadi 0.2ng/ml
Pada 5 Juli 2018, dengan ditemani keluarga, Ng Swe Chin tiba di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Tim MDT mengaturnya untuk melakukan serangkaian pemeriksaan. Berdasarkan kondisinya, tim dokter pun merencanakan metode Brachytherapy dan Terapi Natural untuknya. Sebelum masuk rumah sakit, tumor di prostatnya berukuran sekitar 8 cm, angka PSA nya mencapai 25.6ng/ml (normal:<4ng/ml), posisi tumnornya telah menghalangi dan menekan saluran kemih, sehingga menyebabkan kesulitan saat buang air kecil. Di Malaysia, dokter sempat memberikannya obat untuk membantunya buang air kecil, serta memasangkan kateter. Ng Swe Chin mengatakan, cara ini sangat menyusahkan.
Setelah menjalani metode Brachytherapy dan Imunoterapi (Terapi Natural), tumornya mengecil secara signifikan, ia tidak lagi menggunakan kateter, gejala sulit buang air kecil dan nyerinya pun hilang. Dengan senang, Ng Swe Chin mengatakan, “Sekarang sudah terasa nyaman, tidak ada lagi kantong urin yang harus dibawa-bawa, tidak ada lagi darah pada saat buang air kecil. Saya merasa jauh lebih baik, ukuran tumor mengecil dan tidak lagi menekan saluran kencing, sehingga saya tidak lagi kesulitan buang air kecil. Sebulan kemudian, angka PSA saya hanya tersisa 0.2ng/ml.”
Tentang proses pengobatan dan reaksi yang merugikan, Ng Swe Chin menuturkan, sebelum menjalani pengobatan, ia merasa sangat cemas, tapi kenyataan membuktikan kalau kecemasannya itu berlebihan. Karena teknologi minimal invasif hanya membutuhkan bius lokal, sehingga selama proses pengobatan ia tetap sadar. Saat dilakukan Brachytherapy, ia hanya merasa nyeri seperti gigitan semut, dan setelah pengobatan, ia langsung bisa berdiri dan berjalan sendiri, tidak butuh bed-rest, dan tidak ada efek samping yang merugikan.
Saya Membuat Pilihan Yang Tepat
“Saat memutuskan ke sini, keluarga dan teman-teman saya banyak yang tidak mendukung, tapi banyak pasien yang pernah berobat di sini menyarankan saya untuk berobat di sini. Penjelasan mereka membuat saya percaya diri, mereka juga menceritakan tentang pelayanan di sini, teknologi yang efektif, dan sekarang terbukti, semuanya benar. Saya berharap, kisah saya bisa membantu lebih banyak pasien kanker!” ujar Ng Swe Chin dengan senang.