“Saya sangat putus asa, tetapi saya ingin hidup. Saya memiliki istri yang lembut dan baik hati, dua anak yang ceria dan lucu. Demi mereka dan diri saya sendiri, saya ingin tetap hidup.” Kalimat penuh motivasi ini berasal dari pasien kanker paru stadium IV. Pada kegiatan tahunan Bo Ai Anti Cancer Club ttanggal 22 Januari 2019, pidato yang ia sampaikan membuat semua orang yang hadir terharu dan simpati, karena mereka semua adalah teman seperjuangan yang saling mendukung dalam perjuangan melawan kanker.
Pham Van Mien yang sekarang
Pasien kanker paru stadium IV ini bernama Pham Van Mien, usia 43 tahun, asal Vietnam, adalah seorang guru dan juga seorang pejuang kanker yang gigih.
Saat Kabar Buruk Datang, Hanya Bisa Melangkah Maju dengan Berani
Juni 2017, Pham Van Mien mulai mengalami gejala batuk berdahak disertai darah. Hasil pemeriksaan CT scan dan bronkoskopi di RS kanker Hanoi menunjukkan adanya infeksi di paru-paru. Dokter memberikan pengobatan anti infeksi kepadanya, tetapi hasilnya tidak signifikan. Bulan Agustus 2018, Pham Van Mien kembali menjalani pemeriksaan CT scan dan biopsi, hasil patologi menunjukkan kanker paru stadium IIIB.
Kabar buruk ini bagaikan petir di siang bolong, membuat Pham Van Mien dan keluarga menjadi panik. Istrinya menahan sedih dan mengatakan ia harus segera menjalani pengobatan, agar penyakitnya tidak semakin memburuk. Ia pun tahu bahwa hanya dengan cara inilah ia baru ada harapan hidup. Karena itu, dari akhir Agustus 2017 hingga November 2017, Pham Van Mien menjalani 30 kali radioterapi dan 2 kali kemoterapi di rumah sakit kanker di Vietnam. Pengobatan ini menimbulkan efek samping yang besar bagi Pham Van Mien, ia mulai mengalami rambut rontok, penurunan berat badan, nafsu makan, imunitas tubuh dan keluhan lainnya. Beruntung kondisinya terkontrol untuk sementara waktu.
Kanker Kambuh Kembali, Ia Merasa Putus Asa
Bulan Maret 2018, Pham Van Mien yang masih terus menjalani pengobatan menemukan benjolan berdiameter 2cm di rahang kiri bawah dan semakin hari semakin membesar. Setelah dokter melakukan pemeriksaan biopsi, dinyatakan sel kankernya telah menyebar ke kelenjar getah bening bagian bawah rahang kiri. Seluruh keluarga larut dalam keputusasaan karena kankernya sudah menyebar.
Pham Van Mien dan istrinya berdiskusi dan memutuskan untuk menerima saran dari dokter, yaitu melanjutkan kemoterapi. Namun, benjolannya tidak mengecil. Hal yang lebih menyedihkan lagi adalah, rumah sakit angkat tangan terhadap pengobatan Pham Van Mien dan menyarankan ia untuk pulang dan beristirahat. “Surat keluar rumah sakit” saat itu seperti “surat pemberitahuan kematian” bagi Pham Van Mien dan keluarga.
Foto sebelah kiri adalah Pham Van Mien 20 hari setelah menjalani Brachytherapy, tumor rahang bawah kiri mengecil
Teknologi Minimal Invasif Memberikan Kesempatan Hidup Kembali
Melalui pencarian di Internet dan rekomendasi dari sesama pasien kanker, Pham Van Mien dan istri mendapatkan informasi mengenai teknologi Minimal Invasif di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou dan menghubungi kantor perwakilan rumah sakit yang ada di Hanoi. Melalui konsultasi jarak jauh, dokter onkologi St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou menganalisa dan menentukan metode pengobatan yang disesuaikan dengan kondisi penyakitnya.
Tanggal 11 Mei 2018, dengan membawa doa dari banyak orang, Pham Van Mien dengan penuh keyakinan datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Setelah masuk rumah sakit, tim medis MDT menentukan metode Brachytherapy + Intervensi yang disesuaikan dengan hasil pemeriksaan terbarunya. Dokter menanamkan 60 biji partikel pada kelenjar getah bening di bawah rahang kiri. Pada rawat inap yang kedua kali, ia menjalani 3 kali Intervensi. Setelah menjalani pengobatan, tumor di bawah rahang kiri Pham Van Mien mengecil hingga 80%.
“Hari kedua setelah menjalani Brachytherapy, benjolan saya tidak ada perubahan, namun satu minggu kemudian, benjolan di bawah rahang kiri saya mengecil dan hampir tidak terlihat lagi. Bahkan saya tidak mengalami efek samping apa pun, tidak ada operasi dan hampir tidak ada rasa sakit selama proses pengobatan. Metode Minimal Invasif sangat canggih!” Pham Van Mien menjelaskan kecanggihan Brachytherapy dan merasa sangat puas dengan hasil dari pengobatan komprehensif Minimal Invasif ini.
Sampai saat ini, kondisi Pham Van Mien dapat terkontrol. Ia hanya perlu kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan menjalani pengobatan secara rutin.
Pham Van Mien menjalani kemoradioterapi pada saat bersamaan
Teknologi Minimal Invasif Efektif Mengobati Kanker
Dokter Lin Jing yang menangani Pham Van Mien menjelaskan, “Prinsip metode Brachytherapy adalah menanamkan partikel radiasi ke bagian dalam tumor dan membunuh tumor pada jarak yang dekat untuk waktu yang lama. Teknologi ini dapat efektif mengobati berbagai jenis tumor padat. Sedangkan prinsip Intervensi adalah kemoterapi lokal, setelah mikrokateter dimasukkan ke dalam arteri yang memberikan asupan darah ke tumor, obat kemoterapi konsentrasi tinggi disuntikkan untuk membunuh tumor secara langsung namun tidak menimbulkan efek samping seperti kemoterapi sistemik konvensional. Pasien Pham Van Mien telah menjalani dua jenis metode pengobatan yang dapat membunuh sel kanker dengan lebih baik.”
Metode Minimal Invasif mempunyai keunggulan minim luka (hanya 1-2mm), minim efek samping, pemulihan cepat, efektif. Cocok untuk pasien kanker paru, kanker hati, kanker usus, kanker pankreas, kanker payudara dan tumor dengan letak yang berbeda-beda. Dokter akan menentukan rancangan pengobatan personal yang mengombinasikan berbagai metode Minimal Invasif yang disesuaikan dengan kondisi setiap pasien untuk mencapai hasil pengobatan terbaik.