Tanggal 13 Mei adalah Hari Ibu Internasional. Ibu Yang dari Indonesia melewati hari Ibu yang pertama di ruang rawat inap RS Modern setelah dia datang ke China. Meskipun tidak ada anggota keluarga di sisinya, dia masih dapat menikmati hari raya yang mengembirakan itu: pagi-pagi suster RS Modern sudah memberinya bunga anyelir yang berwarna cerah. Yang lebih mengejutkan adalah setelah kepala dokter Chen Xi Geng melakukan pemeriksaan rutin dengan senang sekali memberitahu Ibu Yang bahwa beberapa hari lagi dia sudah boleh pulang. Sambil memegang tangan dokter Che, Ibu Yang menangis dengan terharu: "Ini adalah hadiah yang terbaik yang saya terima."
Kemarin di kamar RS Modern, Ibu Yang sambil memegang bunga pemberian dari rumah sakit, berpamitan dengan dokter dan suster, di tempat tidurnya selain terdapat bungkusan besar berisi obat herbal, juga ada bingkisan dari dokter dan suster, serta beberapa macam benda khas Guangzhou. Berbagai proses administrasi sudah selesai dengan cepat, Ibu Yang keluar dari rumah sakit dengan dikelilingi oleh petugas medis, sampai di depan pintu rumah sakit dia berdiri membungkuk memberi hormat kepada petugas medis yang melambaikan tangan, baru berjalan dua langkah sepertinya dia teringat akan sesuatu, tiba-tiba dia berjalan kembali lalu memberikan bunga yang dipegang di tangannya kepada dokter Che, sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada dokter Che yang telah memberi kehidupan kedua.
Di atas bis yang menuju ke bandara, dengan dibantu oleh penterjemah dari rumah sakit Ibu Yang menceritakan pengalamannya tentang "diselamatkan dari maut" kepada wartawan.
Keluarga Ibu Yang yang berusia 55 tahun itu tidak begitu bahagia. Lima tahun yang lalu suaminya menderita kanker liver dan meninggal dunia satu tahun kemudian. Ibu Yang mempunyai seorang anak laki-laki, karena kondisi ekonomi keluarga kurang baik waktu dia masih kecil maka sekolahnya tidak begitu tinggi, kemudian dia bekerja di sebuah pabrik, sampai sekarang sudah berumur hampir 30 tahun dan masih belum berkeluarga. Pada bulan Agustus tahun lalu, suatu saat setelah makan malam Ibu Yang tiba-tiba merasa perutnya kembung, mula-mula dia mengira kembung lambung sehingga tidak begitu menghiraukan. Tak lama kemudian rasa kembungnya makin bertambah, nafsu makan juga semakin berkurang, dan berat badannya menurun dratis, dalam satu bulan turun dari 50 kg menjadi kurang lebih tinggal 35 kg, tapi perutnya makin besar, seperti wanita yang sedang hamil beberapa bulan. Anaknya sangat cemas dan menyarankan dia periksa ke rumah sakit, maka Ibu Yang pergi ke rumah sakit gastroenterology setempat.
Benar-benar " tidak diperiksa tidak tahu, setelah periksa jadi terkejut". Tadinya dia mengira hanya sakit perut atau kembung lambung, tapi setelah diperiksa dokter mengatakan itu adalah tumor besar retroperitoneal, tumor besar itu mendesak organ-organ dalam perut ke sebelah kanan yang menyebabkan perut terasa kembung, menekan pankreas, limpa, lobus liver kiri, ginjal kiri, dan organ lainnya. Kemudian dokter melakukan biopsy dan hasilnya menunjukkan adeno carcinoma.
Hasil pemeriksaan yang demikian seketika membuat mental Ibu Yang jatuh, dia terhuyung-huyung keluar dari rumah sakit. Sepanjang jalan pikiran Ibu Yang kosong, ketika menyebrangi jalan dia terus berjalan tidak melihat lampu merah dan hampir tertabrak mobil. "Saya tidak tahu hari itu bagaimana saya pulang ke rumah." Dia tersenyum pahit, kemudian kembali lagi ke masa lalu yang sedih.
Hari itu, setelah Ibu Yang pulang ke rumah anaknya masih belum pulang, dengan hati yang hancur dia memeluk foto suaminya sambil menangis, suaminya sudah meninggal dan meninggalkan dia sendirian, sekarang dirinya menderita "penyakit fatal" pula, Mengapa Tuhan begitu tidak adil kepadanya? Hari sudah hampir malam, mengingat hampir waktu anaknya pulang dari kerja, Ibu Yang cepat-cepat menghapus air mata menahan kesedihan lalu memasak untuk anaknya. Tapi bekas air mata di sudut matanya masih terlihat oleh anaknya yang cermat, anaknya menanyakan tentang hasil pemeriksaan. Akhirnya Ibu Yang memberitahu anaknya yang penuh perhatian padanya itu, ibu dan anak sedih berpelukan sambil menangis.
Pada hari berikutnya, anaknya "memaksa" Ibu Yang berobat ke rumah sakit. Tapi setelah diobati selama satu bulan, kondisi Ibu Yang tidak membaik, tapi justru lebih berat, perutnya menjadi lebih besar. Pada saat Ibu Yang hampir kehilangan kepercayaan akan pengobatan, entah dari mana anaknya mengetahui bahwa di Guangzhou ada satu rumah sakit yang sangat berhasil dalam pengobatan tumor dan dia ingin mengantar ibunya untuk berobat ke sana.
Dengan demikian, pada awal Maret tahun ini dengan membawa uang hasil pinjaman Ibu Yang dan anaknya datang ke RS Modern, kepala dokter Onkologi dokter Che menerima mereka dengan hangat. Hari kedua, rumah sakit melakukan pemeriksaan sesuai dengan kondisi Ibu Yang. Setelah didiskusikan oleh para ahli, juga mempertimbangkan kondisi ekonomi Ibu Yang, rumah sakit memutuskan pengobatan terpadu antara vena kemoterapi dengan invasif minimal abdominal kemoterapi, serta dengan terapi Hyperthermia dan pengobatan tradisional China, beberapa macam cara pengobatan komprehensif. Anak Ibu Yang melihat dokter dan suster begitu ramah, lingkungan rumah sakit yang indah dan fasilitasnya modern. Dengan mempertimbangkan dia harus mencari uang untuk biaya ibunya berobat, maka setelah konsep pengobatan dipastikan, dia pulang ke Indonesia dengan lega hati.
Setelah memastikan konsep pengobatan, rumah sakit mulai menjalankan program, setiap hari selain kemoterapi dan hyperthermia, Ibu Yang mengkonsumsi obat herbal yang sudah direbus dari rumah sakit, dia masih sering menonton TV dan mengobrol dengan pasien lain, karena di rumah sakit ini banyak pasien datang dari Indonesia, petugas medis juga bisa berbahasa Indonesia sedikit, maka Ibu Yang tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi sehari-hari. Perhatian dari petugas medis dan dukungan dari pasien lain menjadi semangat bagi Ibu Yang, sejak masuk rumah sakit Ibu Yang semakin ceria, optimis, bahkan di wajahnya terlihat senyum yang sudah lama tak ada.
Satu bulan kemudian, tumor dalam perut Ibu Yang sudah sangat mengecil, rasa kembung hilang, nafsu makan makin baik, wajahnya merah segar, berat badan juga bertambah. Dokter Che memberi tahu Ibu Yang, hasil pengobatan sangat bagus, tidak lama lagi dia bisa meninggalkan rumah sakit, selajutnya cukup mengkonsumsi obat herbal di rumah, itulah kisah awalnya.
Tak lama kemudian sudah sampai bandara, Ibu Yang berjalan menuju terminal setelah berulang kali mengucapkan terima kasih. Sebelum masuk pintu keamanan, Ibu Yang berbalik dan mengatakan kepada wartawan: "Jika mengetahui di China ada rumah sakit yang begitu bagus, teknologi yang begitu maju, 5 tahun yang lalu saya pasti membawa suami saya ke Guangzhou, dengan demikian dia tidak meninggalkan saya. Sepulang dari sini, saya pasti menginformasikan supaya lebih banyak pasien mengenal rumah sakit kalian."
Sesudah mengantar Ibu Yang, penulis kembali ke rumah sakit dan bercakap-cakap dengan dokter Che. Penjelasan dari dokter Che, tumor retroperitoneal terutama tumbuh dari celah di lemak retroperitoneal, jaringan loose connective, otot, fascia, pembuluh darah, saraf, jaringan lymphoid, dan lain-lain, penyebab penyakitnya tidak jelas. Karena pada tahap awal penyakit kebanyakan tidak ada gejala, ketika tumor berkembang sampai tingkat tertentu, karena mendesak ke organ lain dan merasa sakit baru diketahui. Padahal penyakit Ibu Yang tidak sulit diobati jika diketahui sejak awal, hanya karena sejak merasa perut kembung tertunda hingga setengah tahun baru diperiksakan ke dokter dan tidak melakukan pengobatan yang efektif setelah didiagnosis, sehingga penyakitnya menjadi semakin rumit. Oleh karena itu, dokter Che mengingatkan, jika merasa ada keluhan pada lambung dan usus, seperti mual, muntah, kembung, sering buang air kecil, merasa ingin buang air kecil, sulit buang air kecil, dan berat badan turun tanpa sebab, lelah, nafsu makan menurun, maka segera diperiksakan ke dokter, agar tidak memperparah kondisi penyakit.