TRAN QUY LUONG berfoto bersama sang kakak
Pada 3 Agustus 2013 sore, kami pergi ke ruang rawat inap di lantai 7 Modern Cancer Hospital Guangzhou untuk bertemu dengan seorang pasien pemberani Mr. TRAN QUY LUONG dan kakaknya Mr. E Xi Hua. Saat kami memasuki kamar, TRAN QUY LUONG dan kakaknya E Xi Hua sedang duduk mengobrol di sofa, saat melihat kami datang, kedua kaka beradik ini menggunakan bahasa kanton menyapa kami. Walaupun sebelumnya kami pernah mendengar bahwa Mr. Chen bisa berbicara dalam bahasa kanton, tapi saat itu kami benar-benar terkejut dengan kemampuan berbahasa kanton mereka, mereka benar-benar tidak seperti baru pertama kali mengunjungi China. Saat tanya jawab pun, TRAN QUY LUONG juga mengobrol dengan kami dengan sangat natural menggunakan bahasa kanton, “Mengobrol seperti ini membuat kami merasa dekat, juga dapat mengabaikan jarak di antara kami,” TRAN QUY LUONG berkata sambil tersenyum.
TRAN QUY LUONG berbagi tentang pengobatan yang dijalaninya
TRAN QUY LUONG adalah seorang pasien yang berkewarganegaraan Vietnam, berasal dari Ho Chi Minh, setelah tahun 2011 terdiagnosa terkena kanker hati ia menjalani pengobatan terlebih dahulu di Vietnam. Kali ini ia memilih menjalani pengobatan di Modern Cancer Hospital Guangzhou, selain percaya di sini ia akan mendapatkan pengobatan yang lebih baik, ia juga ingin pulang ke kampung halaman sang ayah. “Ayah saya dulu juga tinggal di Guangzhou, tahun 1950 ayah datang ke Vietnam. Walaupun saya dan adik saya lahir dan besar di Vietnam, tapi kami sebagai keturunan China, juga ingin pulang ke Guangzhou untuk melihat-lihat。“ Mr. E Xi Hua menjelaskan pada kami alasanya datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Saat sedang mengobrol, TRAN QUY LUONG menceritakan pada kami mengenai pengobatan yang ia terima di Vietnam. Pada Agustus 2011, TRAN QUY LUONG dan kakaknya sedang sibuk berbisnis, saat sedang bersantai, sang kakak secara tidak sengaja menyadari wajah adiknya yang terlihat pucat, kondisinya pun tidak begitu baik, lalu membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, sempat didiagnosa menderita hepatitis B, hepatitis C, selanjutnya CT scan mendiagnosanya terkena kanker hati. Pada September 2011, TRAN QUY LUONG menjalani operasi di sebuah rumah sakit di Vietnam, setelah menjalani pengobatan keadaannya pun menjadi stabil, hingga setahun kemudian kankernya kembali kambuh.
“Setelah penyakit saya kambuh, saya menjalani kemoterapi di Vietnam, tetapi efek sampingnya sangat besar, efek pengobatannya pun tidak wajar, setelah itu seorang teman menganjurkan saya untuk datang ke sini.” TRAN QUY LUONG mengangkat baju atasannya untuk menunjukkan pada kami luka bekas operasi yang pernah dijalaninya, “Setelah saya menjalani operasi di Vietnam, saya masih bisa merasakan kesakitan yang diakibatkan kanker, kalau kami tahu di sini terdapat metode pengobatan yang lebih baik sejak dulu, saya dari awal pasti sudah datang ke sini.” Wajah TRAN QUY LUONG tersirat penyesalan. “Saat menjalani pengobatan di Vietnam, ia benar-benar menderita, apalagi efek samping dari kemoterapi yang dijalani sangat hebat, mual-mual, muntah, rambut rontok dan efek samping lainnya muncul, tapi ia masih tetap berjuang. Setelah menjalani pengobatan beberapa bulan di sini, wajahnya kembali memerah, kondisinya pun membaik, mendengar dokter Lin mengatakan bahwa setelah melakukan beberapa terapi konsolidasi selanjutnya sudah boleh pulang, sekarang kami tidak khawatir mengenai masalah pengobatan lagi,” kata E Xi Hua.
Kakak beradik ini lebih suka mengobrol, mereka juga menceritakan pada kami kejadian-kejadian menarik yang mereka alami di Guangzhou, saat kami bertanya tentang kesan mereka selama berada di Guangzhou, TRAN QUY LUONG mengatakan jika dibandingkan dengan fotonya bersama ayahnya belasan tahun yang lalu, perubahan Guangzhou benar-benar besar.” Tapi budaya kebaikan dan keramahan yang dimiliki masyarakatnya tidak berubah. Terlebih lagi staf Modern Cancer Hospital Guangzhou, mereka sangat teliti, ramah, sangat memperhatikan kami, di sini seperti rumah sendiri, memberikan orang rasa aman, dan menembuhkan rasa kepercayaan,” cerita kakak beradik ini.