“Saya masih muda dan saya ingin mempertahankan rahim saya.” Ini adalah pemikiran yang teguh dari Fahezah Nor binti Mohamed setelah dia didiagnosis kanker endometrium.
Menolak histerektomi, pergi berobat ke luar negeri untuk mencari harapan
Fahezah Nor binti Mohamed, seorang warga Malaysia, mengalami pendarahan vagina tanpa sebab yang jelas pada bulan Januari 2023, dan kondisi ini terus berlanjut. Ia pergi ke dokter setempat pada bulan Februari dan didiagnosis menderita kanker endometrium. Di usianya yang baru 39 tahun, dia merasa sangat terkejut dan tidak dapat percaya: "Saya selalu dalam keadaan sehat, dan keluarga saya juga sangat sehat. Bagaimana saya bisa terkena kanker di usia yang begitu muda?" Oleh karena itu, dia pergi ke beberapa rumah sakit untuk berkonsultasi, namun hasilnya tidak berubah, dan dokter juga menyarankan histerektomi.
“Saya tidak dapat menerima rencana pengobatan seperti itu. Saya masih muda dan membutuhkan rahim demi keseimbangan fisik dan psikologis saya,” kenang Fahezah. Setelah itu, karena belum pernah terkena kanker, dia mulai membaca artikel demi artikel tentang kanker endometrium, dan berulang kali mencari metode pengobatan dan rumah sakit yang relevan di Internet. Suatu hari dia secara tidak sengaja menemukan teknologi pengobatan kanker minimal invasifdi Internet, teknologi ini tidak memerlukan histerektomi. Teknologi minimal invasif sudah diterapkan secara luas di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Dia pun mengambil keputusan tegas untuk pergi berobat ke luar negeri dan keluarganya sangat mendukungnya.
“Saya selalu yakin bahwa ada metode pengobatan yang cocok untuk saya.” Hingga kini Fahezah masih sangat teguh dengan pilihannya.
Berkat "Intervensi +Brachytherapy", pasien kanker endometrium berhasil "menguruskan badan"
Pada tanggal 3 April 2023, Fahezah datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, dan dokter mengklarifikasi kondisinya sekali lagi: dua tumor terlihat di rahimnya, satu berukuran sekitar 7x7x8cm, dan yang lainnya berukuran sekitar 13x11x10cm, disertai metastasis limfatik perut dan metastasis hati, didiagnosis sebagai kanker endometrium stadium IV. Obesitas diperut yang dialami Fahezah justru disebabkan oleh tumor besar di rahimnya.
Dokter Lin yang menangani Fahezah mengatakan: “Pasien stadium awal kanker endometrium sebagian besar diobati dengan pembedahan, dan dianjurkan histerektomi. Jika pasien memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan rahim, dokter akan memilih pengobatan konservatif sesuai dengan kondisinya; untuk pasien stadium menengah dan lanjut, akan dilakukan pembedahan, obat kemoterapi dan pengobatan komprehensif lainnya berdasarkan kondisinya. KondisiFahezah berada pada stadium lanjut dan dia memiliki keinginan yang kuat untuk mempertahankan rahimnya. Dia perlu kembali bekerja normal setelah pengobatan, oleh karena itu, kami memilihkanrancangan pengobatan komprehensif minimalinvasifberupa Intervensi dan Brachytherapy yang minim luka dan minim efek samping.
Seperti yang diketahui, Intervensi dan Brachytherapy merupakan teknologi pengobatan kanker Minimal Invasif.
Intervensi hanya memerlukan sayatan 1-2mm, kemudian obat anti-kanker dimasukkan ke dalam tumor melalui kateter untuk langsung membunuh tumor, minim efek samping terhadap sel normal, memiliki karakteristik yaitu tanpa operasi, minim luka, pemulihan cepat, dan hasil yang baik.
Brachytherapy adalah metode penanaman partikel Iodine 125 ke dalam tumor atau jaringan yang mungkin diserang tumor, dan dilakukan penyinaran jaringan tumor secara terus-menerus untuk menonaktifkan sel tumor, sedangkan jaringan normal tidak rusak atau hanya rusak ringan.
Saat ini, Fahezah telah menerima enam kali Intervensi dan satu kali Brachytherapy pada hati. Pada tanggal 14 Maret 2024, hasil CT scan menunjukkan bahwa tumor di hati Fahezah ditutupi dengan partikel dan telah kehilangan aktivitasnya, tumor besar (13x11x10cm) di rahim telah menghilang, dan bagian perutnya mengecil secara signifikan. Pengobatannya terbukti berhasil.
Gambar kiri: 4 April 2023, CT scan hati sebelum pengobatan. Gambar kanan: 14 Maret 2024, CT scan hati setelah pengobatan
Gambar kiri: 4 April 2023, CT scan rahim sebelum pengobatan. Gambar kanan: 14 Maret 2024, CT scan rahim setelah pengobatan
Pengobatan penuh liku, kegigihan adalah senjata sakti untuk meraih kemenangan
Sambil mengenang proses pengobatannya, Fahezah berkata: "Ketika saya pertama kali datang ke rumah sakit, perut saya membuncit. Saya selalu berpikir itu adalah obesitas. Saya tidak mengerti bagaimana tumor saya bisa begitu besar. Saya sedikit sedih. Dokter selalu menghibur saya dan menjelaskan pengobatannya kepada saya secara detail, ini membuat saya merasa lebih tenang, jadi saya tidak merasa tegang meskipun ini pertama kalinya saya menjalani intervensi. Saya sangat percaya kepada dokter di sini, hasil pengobatan saya juga semakin baik.”
Masa-masa tersulit dalam pengobatan Fahezah adalah pada bulan Mei hingga Desember 2023, yaitu setelah dia keluar dari rumah sakit pasca pengobatan kedua. Dia menderita cacar air karena kekebalan tubuhnya yang lemah, sehingga dia tidak bisa pergi ke luar negeri selama lebih dari 4 bulan, kondisinya semakin memburuk dan perutnya membesar.Hingga pada bulan Oktober, dia baru datang kembali ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Untungnya, setelah pemeriksaan lebih lanjut, tumornya tidak membesar. Perut yang membesar disebabkan oleh penumpukancairan di rongga rahim. Setelah cairan dikeluarkan dan dilakukan pengobatan, kondisi Fahezah perlahan pulih. Kali ini dia dirawat di rumah sakit selama lebih dari sebulan. "Masa-masa ini adalah masa sulit bagi saya, tetapi saya telah menerimanya. Percaya saja pada dokter di sini dan semuanya akan berlalu."
Dia berkata,"Selama periode ini, saya sangat berterima kasih kepada staf medis di rumah sakit. Mereka sepenuh hati merawat saya, menghibur saya dan memahami saya. Mereka tahu bahwa saya menyukai ketenangan. Mereka memasuki kamar saya dengan pelan-pelan. dan berbicara kepada saya dengan lembut. Dokter yang merawat saya yaitu dr. Ma, selalu menghibur saya dengan sifat humorisnya. Staf medis memberi saya banyak dukungan." Dia berkata, "Tidak ada beban psikologis yang besar ketika saya dirawat di sini. Setelah pengobatan, tumornya semakin mengecil dan saya tidak merasakan ketidaknyamanan setelah pengobatan. Berbicara mengenai kendala yang dialami,mungkin faktor lokasi RS yang jauh sehingga menghabiskan banyak waktu. Alangkah baiknya jika RSnya ada di Malaysia, dan akan lebih baik lagi jika dokter bisa datang ke rumah untuk merawat saya!"
Terakhir, dia ingin mengatakan kepada pasien lain,"Tetap berharap dan menjalani pengobatan, berusaha hidup dengan baik, dan tetaplah menjadi diri Anda saat sakit. "Dia sendiri telah melakukannya, dia dapat kembali beraktivitas normal dengan cepat setelah pengobatan, dan kegigihannya juga mendatangkan sinar kemenangan. Sekarang tidak ada yang akan menganggapnya sebagai pasien. Dia tetaplah kepala admisi universitas yang lembut dan berkarisma.