Menurut data statistikWHO, pada tahun 2020 angka kejadian kanker payudara di Indonesia adalah 46,5/100.000 orangdan angka kematiannya 14,9/100.000 orang. Angka kejadian kanker serviks 23,3/100.000 orangdan angka kematiannya 13/100.000 orang.Angka kejadiankanker ovarium adalah 7,7/100.000 orang dan angka kematiannya 5,8/100.000 orang.
Di Indonesia,metode pengobatan kanker konvensional umumnya adalah pembedahan, elektroterapi, kemoterapi, dll. Apakah pasien kanker wanita tidak memiliki pilihan pengobatan lain? TIDAK! Intervensi,Cryosurgery,Brachytherapy, Nanoknife, danMetode Minimal Invasif lainnya dengan karakteristik berbeda memberikan lebih banyak pilihan pengobatan untuk wanita dengan kanker stadium lanjut yang tidak mau atau tidak dapat menjalani operasi dan kemoradioterapi. BisakahMetode Minimal Invasifbenar-benar memperpanjang waktu bertahan hidup dan meningkatkan kualitas hidup? Mari kitasimak apa yang dikatakan pasienkanker wanita stadium menengah dan akhir yang telahmelakukan pengobatan Metode Minimal Invasif.
Metode Minimal Invasif Membuat Kanker Payudara Stadium 4 Tidak Menakutkan Lagi
NyonyaTan Kim Huan
Nyonya Tanadalah pasien kanker payudara stadium IV dari Malaysia. Dia divonis kanker payudara stadium IV metastasis kelenjar getah bening di kedua paru dan ketiak kiri. Setelah mengetahui hasilpemeriksaan, dia menolak saran operasi, radioterapi, dan elektroterapi yang disarankan oleh dokter setempat. "Terlalu banyak orang di sekitar saya meninggal karenapengobatanini,pengobataninijugaterlalu menyakitkan," kataNyonya Tan.
Kebetulan,Nyonya Tan mengetahui tentang St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou dari Koran Tiongkok. Iajuga mengetahui pengobatan kanker payudara tanpa operasi dengan Metode Minimal Invasif. Faktor-faktor inilah yangmendorongNyonya Tanpergi keTiongkok untukberobat.
Setelahpengobatan komprehensif dengan IntervensidanCryosurgery, tumor payudarayang semulaberukuran 4x4cm menyusut menjadi 1x1cm. Ketika dokter yang merawat mengatakan bahwa tumornya telah menyusut banyak dan kondisi fisiknya akan semakin membaik setelahmelakukan dua pengobatan Metode Minimal Invasif, putranyapunberkata dengan gembira," Bu, untungnya, kitamemilih rumah sakit ini! ">> Baca kisahnya melawan kanker
>> Segera klik konsultasi untuk mengetahui lebih banyak informasi pengobatan kanker
Hadapi Kanker, Rangkul Hidup. Ini Tahun ke-7 Saya Hidup Berdampingan Dengan Kanker Payudara
Indahwati Jutiami bersama suami
“Nama saya Indahwati Jutiami, asal Surabaya, Indonesia. Pada 4 November 2011, ketika saya menghadiri Canton Fair di Guangzhou, saya pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan karena masalah diare, tetapi saya tidak sengaja menemukan benjolan berukuran 1,5 cm di payudara kanan dan didiagnosis sebagai kanker duktal payudara kanan stadium 2."
"Awalnya saya menjadi sangat putus asa, tetapi setelahmempertimbangkan berulang kali,akhirnya saya menjalankanmastektomi radikal +pengobatan komprehensif Metode Minimal Invasifyang dikembangkan oleh tim medis MDTSt. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou."
“Fakta membuktikan bahwa nasihat dokter itu benar. Tiga bulan kemudian, pengobatan sayaselesai. Hasil pemeriksaan sebelum keluar dari rumah sakit menunjukkan tidak ada lesi hipermetabolik abnormal di lokasi tumormaupun tempat lain. Dokter yang merawat mengatakan bahwa tumortersebuttelah dikendalikan secara efektif,hanya perlu ditinjau setiap tiga bulan sekali, dan setahun sekali setelah kondisi saya lebih stabil.”
“Setelahkeluarrumah sakit, saya pergi keInner Mongolia dan Xinjiang bersamasuami. Saya mengunjungi semua tempat yang ingin saya kunjungi. Sangat menyenangkan bahwa hampir tidak adayang tahu bahwa sayaini pasien kanker.”>> Baca kisahnya melawan kanker
>> Segera klik konsultasi untuk mengetahui lebih banyak informasi pengobatan kanker
Metode Minimal Invasif Berhasil Membantu Ibu Menyusui Melawan Kanker Payudara
Saidah
Saidahadalah seorang ibuasal Indonesia yang baru saja melahirkan,tetapi ia didiagnosis menderita kanker payudara stadium 3B. Kabar buruk yang tiba-tiba membuatSaidahputus asa. Namun, demi anak-anak dan keluarganya, dia segera menenangkan diri dan menjalani operasi, tetapi rasa sakitnya tidak berkurang, justru menjadi semakin parah...
KetikaSaidah sudah sangat kesakitan hingga tidak bisamemikirkan apa pun, suamiSaidahmengetahui tentangSt. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou dari Internet danmengetahui pengobatan kanker Metode Minimal Invasif.
Saat baru datang ke rumah sakit, tumorSaidahberukuran 12cm. Ini sangat mempengaruhi kehidupan dan kualitas tidurnya. Tim medis MDT rumah sakit merencanakan pengobatan komprehensif "Intervensi+Cryosurgery" untuknya,sesuai dengan kondisinya. Setelahmenjalani Intervensi kedua, tumoryang semua12cmmenyusut menjadi 7cm.
Mengenang saat berobat untuk pertama kalinya, Saidah berkata: "Ketika sayamasuk rumah sakit, saya tidak pernah berpikir tumornyadapat dikendalikan secepat ini.Tidak sampaidua minggu, tumor mulai mengalami nekrosis, rasa sakitnya sangat berkurang, dantubuh saya pulih dengan baik.">> Baca kisahnya melawan kanker
>> Segera klik konsultasi untuk mengetahui lebih banyak informasi pengobatan kanker
Metode Minimal Invasif Membuatku Tidak Takut Kanker Payudara
Tjioe A Tjoeak
SayaTjieo A Tjoeak, asal Indonesia.Tahun 2015, saya tidak sengaja menemukan benjolan sekitar 2cm di payudara kiri yang membesar dengan cepat hanya dalam waktu dua minggu.Hasil USG mendiagnosis sayamenderita kanker payudara stadium 1. Karena saya takut operasi dankemoradioterapi, saya menolak berobat di Indonesia dan mulai mencari metode pengobatan lain bersamakerabat dan teman saya.
"Berobat ke Tiongkok" adalah saran bulat dari teman dan keluarga. Pada awalnya, kami tidak dapat menentukan pilihankarena banyaknya rumah sakit kanker terkemuka diTiongkok sampaisuami saya mengetahuidari majalah bahwaSt. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou memiliki kantorperwakilan di Jakarta, Indonesia. Setelah konsultasi dan komunikasisecara mendalam, kami memutuskan untukberobat ke Tiongkok.
Saat masuk rumah sakit, kondisi mental saya sangat buruk. Rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit rasa asing, takut, dan cemasterhadap Metode Minimal Invasif membuat sayainsomnia.Namun, setelah staf medis menjelaskan semua langkahpengobatandan menenangkan saya secara profesional dan sabar, saya pun perlahan bisa menyingkirkankegugupan dan ketidaknyamanan saya.
Setelahmelakukan pengobatan komprehensif “Reseksi kanker payudara kiri + Intervensi”, kondisi mental dan fisik saya semakin membaik. Rasa sakit yang terus menyiksa sayapunberangsur-angsur menghilang. Dokter yang merawat memberi tahu bahwa kondisi saya sangat stabildan tumornya telah menyusut banyak, sehingga saya dapat segera keluar dari rumah sakit.>> Baca kisahnya melawan kanker
>> Segera klik konsultasi untuk mengetahui lebih banyak informasi pengobatan kanker
Takut Kemoterapi, Pilih Metode Minimal Invasif
Suriani Tjua
Suriani Tjua, asal Indonesia, tiba-tiba diberi tahu bahwa ia didiagnosis kanker serviks stadium 2. Awalnya, ia sangat takut hingga tidak bisa berkata-kata.Ia merasa langit runtuh dan tidakbisa menahan kesedihannya. Dengan dukungan dan dorongan dari keluarga, ia secara bertahap membangun kepercayaan diri dalam melawan kanker.Iamenjalankan12x kemoterapi dan 28x radioterapi. Meskipunkemoradioterpai konvensional menyebabkanefek samping seperti diare, muntah, kehilangan nafsu makan, dan alopesia,tetapitumor akhirnya dapat dikendalikan. Tanpa diduga, hal itu hanyasementara. Setelah beberapa bulan, pemeriksaan ulang menemukan bahwa sel kanker telah menyebar.Suriani Tjua takut efek sampingkemoradioterapi konvensionaldan beralih ke metode pengobatan lain.
Dari kantor perwakilan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di Indonesia,Suriani Tjuamengetahui bahwaMetode Minimal Invasif berbeda darikemoradioterapi konvensional. Ini membuatnyayangpernah merasakan efek samping pengobatan melihat sebuahharapan baru.
Hingga saat ini,Suriani Tjua telah menjalankanpengobatan komprehensif Intervensi + Cryosurgery. Sebagian besar lesi metastatik multipelpuntelah hilang dan kondisinya telah terkontrol secara stabil. Ketika ditanya perbedaanSt. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhoudan rumah sakit lain,Suriani Tjua berkata: "Di sini, seluruh tim dokter datang untuk membantu saya. Ini membuat saya lebih percaya diri, lalu jugaada banyak pilihan pengobatan. Selain pengobatan konvensional, masihadaMetode Minimal Invasif yang canggih dan tidak terlalu menyakitkan.">> Baca kisahnya melawan kanker
>> Segera klik konsultasi untuk mengetahui lebih banyak informasi pengobatan kanker
Metode Komprehensif Minimal Invasif, Pilihan Utama Bagi Pasien Kanker Serviks Stadium Lanjut
Nguyen Thi Tuyen
Nguyen Thi Tuyen, asal Vietnam, didiagnosiskanker sel skuamosa serviks stadium2 saat pemeriksaan diVietnamakibat pendarahan tidak teratur yang semakin parah. Setelah 25x radioterapi dan 5xkemoterapi, tubuhNguyen Thi Tuyen lemas, kehilangan nafsu makan, dan kurusakibat efek samping pengobatan, tetapitumor masihsajabermetastasis. Dua tumor yang lebih besar mencapai sekitar 1,5 cm.
Setelah tetangga memperkenalkan dan berbagi pengobatan kanker mereka diSt. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou,Nguyen Thi Tuyen pergi ke Guangzhou,Tiongkok, untuk berobat dengan ditemani oleh keluarganya.
Nguyen Thi Tuyen sudah 6 kali kembali ke rumah sakit untuk berobat. Dalam melewati masapanik dan khawatir, dia selalu berseri-seri dan penuh harapan untuk hidup. Efek kuratifdari Metode Minimal Invasif telah memperkuat keyakinannya dalam melawan kanker.
"Saya selalumengikuti saran dokter dan kembali untukperiksa dan berobattepat waktu. Tidak peduliseberat dan selelah apa saya, sayatetapbersikeras untuk bekerja sama dengan dokterdalam penyembuhan. Terakhir kali saya kembali untuk diperiksa, Dr. Lin Jing berkata bahwa tumor saya telah hilang,saya pun sangat senang mendengarnya."Demikianlah Nguyen Thi Tuyen berbagi pengalamannya melawan kanker. Beliau menekankan bahwa hal terpenting dalammelawankanker adalah memiliki keyakinan untukmelawan dan bekerja sama dengan pengobatan dokter.>> Baca kisahnya melawan kanker
>> Segera klik konsultasi untuk mengetahui lebih banyak informasi pengobatan kanker
Operasi Bukanlah Satu-satunya Solusi Pengobatan Kanker Ovarium
Landriany
Landiany, asal Surabaya, Indonesia, didiagnosis kanker ovarium pada tahun 2014.Operasi dan kemoradioterapimenyebabkan rambutnya rontok. Dokter menghentikan pengobatan karena "kondisinya terlalu parah", tetapi ia selalu menghibur diri dengan percaya kepada Kristus: "Jikatidak bisaberubah,makaterimalah kanker itu dan optimislah dalam berobat, maka semuanya akan menjadi lebih baik."
Di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, tumornya menyusut hingga 6 cmsetelah melakukan Intervensi, Microwave Ablation, dan pengobatan komprehensif lainnya. Kondisinya pada dasarnyajugastabil. “Karena anestesinya lokal, saya benar-benar bisa tetap terjaga selama pengobatan, tetapi saya tidak merasakan sakit.Cukup setengah jam saja, proses Intervensi sudah selesai. Setelahpengobatan pertama selesai, tumor saya mulai menyusut dan kondisi mental saya jauh lebih baik. Rambut yangawalnyarontok jugamulai tumbuh perlahanseiring dengan pengobatanselanjutnya,”kata Landiany.>> Baca kisahnya melawan kanker
>> Segera klik konsultasi untuk mengetahui lebih banyak informasi pengobatan kanker